ASHTER

SELAMAT DATANG DI BLOG ASHTER FIRMAN, SALAM PERSAUDARAAN

Rabu, 23 November 2016

ojo dumh

“Mas, nek kowe pengin dadi wong sing sukses, kowe kudu bisa dadi wong sing Ojo Dumeh, Ojo Kagetan lan Ojo Gumunan” (mas, kalau kamu ingin sukses, kamu harus bisa jadi orang yang tidak sombong atau aji mumpung, tidak kagetan dan tidak suka terheran-heran). Sebagai orang jawa, kalimat ini sudah biasa kudengar dari wejangan orang tua, simbah maupun eyang , namun siang itu menjadi hal yang tidak biasa karena yang mewejang adalah seorang pengusaha tionghoa!

Yah, Pengusaha tionghoa ini memang telah akrab denganku dan biasa ngobrol ‘speak-speak angin’ (santai) denganku, namun tak kusangka bahwa dia fasih betul dalam mengungkapkan dan menginterpretasikan tentang Javaness Wisdom (kearifan/petuah bijak orang jawa) tersebut. Dia termasuk pengusaha tionghoa sukses di bidangnya dan telah memiliki karyawan sampai dengan 1000-an orang.

Terus selanjutnya kubertanya sambil agak menyimpan keheranan; kok bapak tahu mengenai petuah bijak orang jawa tersebut? Jawabnya: “Mas, saya lahir di Indonesia, besar di Indonesia, makan minum dan cari uang di Indonesia, menikah dan membesarkan anak-anak saya di Indonesia, dan saya tinggal di tanah jawa, bahkan dari kecilpun saya sudah fasih berbahasa Jawa, pembantu-karyawan- dan orang-orang kepercayaan saya dalam perusahaan saya adalah orang-orang jawa, jadi saya paham betul kearifan yang ada di budaya orang jawa”. Ojo Dumeh, Ojo Kagetan, ojo Gumunan itu kearifan yang bagus sekali mas buat kita, tapi sayangnya orang jawa khususnya dan orang Indonesia pada umumnya tidak atau jarang yang mau menjalankannya. Kalau saya sendiri sudah berusaha mempraktekannya sejak dulu.

Lanjutnya lagi; “Mas, Kalau dilihat dari tinjauan “chi” (bahasa tionghoa yang berarti energy), Indonesia adalah negeri yang paling seimbang chi nya. Energi Yin dan Yang nya sangat berimbang terwujud dari komposisi luas daratan dan luas lautannya yang bisa dibilang 50:50, bandingkan dengan Amerika Serikat, Inggris, Perancis bahkan Cina yang lebih banyak daratannya daripada lautannya. Untuk musimnya pun juga sangat berimbang, hanya mengenal dua musim saja, hujan dan musim kemarau, bandingkan dengan lainnya yang bisa dalam setahun, setengah tahunnya adalah musim salju dan dingin. Letak geografisnya pun sangat berimbang sebelah utara garis khatulistiwa 50% sebelah selatan garis khatulistiwa 50%, sehingga sepanjang tahun selalu mendapatkan sinar matahari. Ditambah lagi dengan kekayaan di dalam buminya yang tidak terkira. Istilahnya Negeri Indonesia itu Gemah ripah loh jinawi, Baldotun toyibatun wa robbun ghofur, intinya negeri kita ini kaya raya mas, tidak ada negeri lain di dunia ini yang sekaya kita……makanya saking kayanya itulah banyak yang pengin merampok negeri ini. Mulai dari yang menjajah secara fisik pada ratusan tahun yang lalu (Portugis, Inggris, Belanda hingga Jepang) sampai sekarang mas kita masih dijajah secara pikiran dan mental.

Sampai disini kuberpikir sejenak, teman ngobrolku ini kok memiliki nasionalisme Indonesia yang sangat tinggi dibanding dengan warga lainnya yang dianggap pribumi sekalipun.

Masyarakat Indonesia dari dulu sudah dibuat selalu dumeh. Dumeh berarti mumpung juga berarti mentang-mentang. Dumeh alamnya subur dan kaya raya, maka usaha yang dilakukan untuk untuk mengolahnyapun seadanya dan alakadarnya, toh pohon tumbuh dengan sendirinya, hutan banyak dan tidak terkira jumlah pohonnya hingga tinggal tebang saja, tanaman berbuah dengan sendirinya, rumput dan padi tumbuh dengan sendirinya, air sudah melimpah ruah, dan sebagainya. Dumeh jadi orang kaya maka semuanya dapat dibeli termasuk peraturan dan hukum, Dumeh jadi pejabat maka berlaku korupsi dan seterusnya.

Selanjutnya bangsa kita suka kagetan yang artinya mudah terkejut. Terkejut kok dapat hutang banyak dari IMF & World Bank di awal kekuasaan Orde Baru, terkejut kok dapat duduk sebagai wakil rakyat, terkejut kok dapat posisi sebagai Bupati, terkejut kok bisa duduk sebagai menteri, terkejut kok Malaysia sekarang sudah sedemikian maju meninggalkan kita, terkejut kok Cina banyak sekali mengekspor produk-produk murah dengan begitu massive nya ke Indonesia, terkejut kok hampir semua lapak penjual buah di pinggir-pinggir jalan berisi buah-buahan impor dari Thailand, terkejut kok sudah ratusan juta kendaraan motor berlalu lalang di jalan-jalan di Indonesia tapi tidak ada satupun yang berlogo ‘made in Indonesia’ , terkejut kok Tambang Freeport ternyata banyak mengandung emas dan uranium, dan beragam keterkejutan lainnya.

Kemudian bangsa kita suka gumunan yang artinya mudah terheran-heran. Terheran-heran terus menerus dari dulu sampai dengan sekarang atas produk-produk mobil dari Jepang yang memiliki fitur-fitur berteknologi canggih hingga saking herannya sampai sekarang kita belum sempat bikin mobil sendiri, terheran-heran dengan masuknya teknologi hand phone hingga walaupun telah beratus juta pengguna handphone di Indonesia tak satupun yang berlabel ‘made in indonesia’, terheran-heran dengan produk seluller terbaru yang bernama BlackBerry sehingga hampir semua penduduk Indonesia saat ini berduyun-duyun dan cenderung bertindak latah karena termakan tren yang ada di masyarakat untuk membeli BlackBerry, namun ironinya hanya segelintir saja dari pengguna BB tersebut yang mengaktifkan fitur layanan BB nya sedang yang lainnya hanya memanfaatkan fitur handphone nya saja. Selalunya seperti itu terus, kita diombang-ambingkan oleh rasa gumunan akan sesuatu yang baru dan tidak pernah tersadar bahwa kita menjadi mangsa empuk para pemasar ‘kolonialis’ dari luar.

Jika Agresi militer Belanda I dan II setelah Indonesia baru saja merdeka gagal total, maka sekarang "agresi militer III" telah berhasil menaklukkan & menjajah Indonesia kembali dengan bersenjatakan "Senapan Kapitalisme" dan "Bom Konsumerisme"

Istilah Dumeh, Kagetan dan Gumunan yang telah disebutkan diatas adalah berkonteks makro. Sedangkan kalau bicara individu barangkali akan banyak contoh riil yang dapat kita peroleh. Sepertinya kearifan local Ojo dumeh, Ojo Kagetan lan Ojo Gumunan memang melekat sekali dengan orang jawa, ya karena orang jawa memiliki kecenderungan kuat untuk berlaku demikian.

Simpel dan konkrit saja, teman sekaligus tetangga saya seorang pengusaha muda yang sukses di bidang komputer, dumeh sudah sukses dan berkelebihan harta kemudian berubah sikap, dikenal sombong oleh teman dan tetangganya dan kabar terakhir dia kabur dari rumah menghindari para debt collector dari mulai bank sampai dengan rentenir, meninggalkan isteri dan dua anaknya yang masih kecil-kecil begitu saja. Konon dia meninggalkan hutang untuk usahanya sampai nominal Rp. 2 Milyar lebih. Hal yang sama juga terjadi dengan salah satu kenalan saya yang bergerak di bidang advertising, awalnya begitu menggiurkan, perusahaan advertising yang dimilikinya omzetnya melesat, pelanggannya membludak, pesanan menumpuk, gonta ganti mobil mewah kerap dilakukannya namun ujung-ujungnya sama, kabur melarikan diri karena menghindari kejaran para tampang sangar debt collector.

Dan yang masih hangat terjadi, seorang teman pengusaha muda sukses yang bergerak di bidang otomotif dan spare part kendaraan bermotor digugat cerai oleh isterinya karena ketahuan telah menikah lagi secara siri tanpa persetujuan isterinya.

Kemudian kutersadar maksud ucapan dari Bos perusahaan berjumlah karyawan 1000 orang tersebut, “Ojo Dumeh, Ojo Kagetan lan Ojo Gumunan” yang barangkali hendak menunjukkan bahwa orang jawa-lah yang paling tidak kuat kalau diberikan kedudukan dan kemuliaan sehingga menjadi dumeh, orang jawa-lah yang paling tidak menduga dan menyangka jika mendapat berkah yang besar dan mendadak sehingga menjadi kagetan, dan orang jawa-lah yang gampang untuk terheran-heran dan takjub akan sesuatu yang baru dan belum pernah didapatkannya sehingga menjadi gumunan. Dalam filosofi huruf /aksara jawa, suatu huruf akan dibaca mati (menjadi konsonan) jika diberi tanda pangku di akhir katanya, maka seperti itulah barangkali psikologi orang jawa. Maka mulailah dari sekarang untuk tidak dumeh jika mendapatkan kesuksesan duniawi dan tidak menjadikan prioritas utama mencari isteri baru jika telah menjadi seorang pria yang sukses he he he...prikitiw...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar